Kamis, 23 Desember 2010

Kajian Pengembangan Formalisasi UKM


KATA PENGANTAR

Pujisyukur kamipanjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan Petunjuk-Nya, sehingga tugas sofskill yang judul Pengembangan Formalisasi UKM telah dapat saya selesaikan sesuaidengan harapan. Tugas ini adalah salah satu media yang menginformasikan sekita semua dalam Pengembangan Formalisasi UKM.
Pada kesempatan yang baik ini saya sampaikan terima kasih kepada Allah SWT sehingga saya mampu menyelesaikan tugas ini. Kiranya Jurnal Pengkajian inidapat bermanfaat bagisemua pihak yang membutuhkan dalam rangka pemberdayaan UKM dan dimohon saran untuk penyempurnaan jurnal berikutnya.

Kajian Pengembangan Formalisasi UKM
Profil
Perhelatan Pekan Raya Jakarta (PRJ) yang berlokasi di Kemayoran Jakarta Pusat, menjadi ajang unjuk gigi bagi sejumlah produk usaha kerajinan mikro (UKM) Jakarta Barat. Salah satu produk unggulan Jakarta Barat yang siap meramaikan PRJ adalah bir pletok dan dodol yang diharap bisa memikat pengunjung yang datang.
Text Box: Pameran bir pletok di Kemayoran Jakarta Baratukm Stand Jakbra.JPG

Berikut adalah contoh  gambar pameran bir pletok yg bertempat di Kemayoran Jakarta barat. "Obsesi kami agar ada produk yang bisa mewakili identitas wilayah. Bir pletok sarat dengan nuansa sejarah dan budaya Betawi sebagai akar budaya Jakarta," ungkap Eldi Andi, Asisten Perekonomian Pemkot Administrasi Jakarta Barat
Selain bir pletok dan dodol, pihaknya juga menampilkan produk unggulan lain seperti batik, makanan ringan, ikan hias, tanaman hias, dan miniatur air mancur.
Keikutsertaan ini untuk lebih memperkenalkan produk unggulan Jakarta Barat yang selama ini telah mendapatkan pembinaan langsung dari Sudin Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah dan Perdagangan (KUMKMP) JakartaBarat. "Produk yang di tampilkan merupakan hasil binaan kami, yang sebelumnya telah dilakukan seleksi pada kegiatan One Village One Product (OVOP) tiap bulannya," jelas Eldi.

Menurutnya, sejauh ini Jakarta Barat telah berupaya agar produk unggulan wilayah bisa diterima masyarakat baik dari kalangan bawah hingga kalangan atas.
Usaha kredit mikro adalah salah satu bidang usaha yang ternyata memiliki jumlah dan kekuatan yang dominan di Indonesia. Aktivitas usaha kredit mikro tersebut baru mengemuka setelah krisis ekonomi tahun 1997. Keterpinggiran mereka diperparah dengan sedikitnya, atau bahkan tidak adanya perhatian dari dunia pendidikan, baik secara praktis maupun teoritis. Penelitian ini mencoba mengkaji salah satu dari ribuan usaha kredit mikro di Indonesia, terutama dalam pengelolaan dan pengembangannnya, serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan dan kegagalannya. Subyek dalam penelitian ini adalahsalah satu usaha kredit mikro koperasi warga (Kopaga) Kesuma Tiara, yang berloksi di Kemanggisan, Jakarta Barat.

Bab I
Latar Belakang Masalah
Masyarakat kelas bawah melalui usaha kecil dan menengah (UKM) dan lembaga keuangan mikro lainnya jarang disentuh oleh ilmu ekonomi formal. Kenyataan empiris di Indonesia telah membuktikan krisismoneter tahun 1997 telah melumpuhkan sektor manufaktur (industri-industri besar) yang banyak menggunakn bahan-bahan impor. Sementara itu, produk-produk UKM pada umumnya tidak banyak mengandung bahan-bahan atau komponen-komponen impor, karena yang digunakan adalah bahan bahan atau komponen-komponen lokal, baik sumber daya alam maupun sumber dayamanusia. Sabirin (2001) menjelaskan bahwa untuk memberdayakan masyarakat golongan ekonomi lemah atau sektor usaha kecil adalah dengan menyediakan sumber pembiayaan usaha yang terjangkau. Salah satu strategi pembiayaan bagi golongan ini adalah usaha kredit mikro. Meski hanya memanfaatkan 10% dari total uang yang beredar, tetapi telah menyumbang 49% GDP dan 15% ekspor non-migas Indonesia.

A.     Pengertian Usaha Kredit Mikro
Usaha kredit mikro adalah suatu istilah lain dari micro credit. Berikut ini beberapa di antaranya. Grameen Banking (2003) mendefinisikan kredit mikro sebagai pengembangan pinjaman dalam jumlah kecil kepada pengusaha yang terlalu lemah kualifikasinya untuk dapat mengakses pada pinjaman dari bank tradisional. Calmeadow (1999) mengartikan kredit mikro sebagai arisan pinjaman modal untuk mendukung pengusaha kecil dalam beraktivitas, umumnya dengan alternative jaminan kolateral dan sistem monitoring pengembalian.
Kebanyakan usaha kredit mikro menawarkan beberapa bentuk dari bantuan teknis, seperti pelatihan usaha kecil, pertukaran pengalaman di antara anggota, dan peluang networking. Selanjutnya, Calmeadow menjelaskan bahwa struktur kepemilikan dari dana pinjaman dari kredit mikro amat bervariasi. Umumnya kredit mikro dimiliki secara campuran antara dana publik dengan investasi swasta. Pada kenyataanya kredit mikro telah terbukti secara efektif dan popular dalam upaya mengatasi kemiskinan (Grameen Banking, 2003). Meskipun pada awalnya kredit mikro lahir sebagai suatu terobosan bagi penyediaan jasa keuangan kepada masyarakat berpenghasilan rendah yang tidak memiliki akses ke system keuangan modern. Sementara itu definisi kredit mikro yang dicetuskan dalam pertemuan The World Summit on Microcredit di Washington, pada tanggal 2-4 Februari 1997 adalah program/kegiatan memberikan pinjaman yang jumlahnya kecil kepada masyarakat miskin untuk kegiatan usaha meningkatkan pendapatan, pemberian pinjaman untuk mengurus diri sendiri dan keluarganya (Srinivas, 1999). Definisi kredit mikro diatas bukanlah harga mati, tentu saja definisi yang lebih luas tentang kredit mikro tergantung dari masing-masing negara.

B.     Langkah-Langkah Membangun Program Kredit-mikro

Untuk membangun sebuah kegiatan yang berkesinambungan (sustainable) diperlukan usaha dan sumberdaya yang maksimal. Demikian juga dalam membangun program kredit-mikro. Apalagi program kredit-mikro merupakan program dana bergulir yang harus diperhatikan keberlangsungannya (survival). Langkahlangkah yang perlu dilakukan untuk membangun program kredit-mikro adalah sebagai berikut :

a. Memilih model atau program kredit-mikro
b. Membangun konsensus
c. Menunjuk staf untuk pengembangan ekonomi
d. Mengikuti dan menyelaraskan dengan kebijakan-kebijakan nasional
e. Memilih dan menilai institusi keuangan sebagai mitra
f. Membuat kesepakatan dengan mitra
g. Memelihara kesepakatan kemitraan (Srinivas b), 1999).

Koperasi berasal dari kata CO dan OPERATION yang artinya bersama – sama bekerja, jadi koperasi itu adalah lembaga atau institusi yang tumbuh atas dasar solidaritas tradisional (gotong royong) dan kerjasama antar individu, yang pernah berkembang sejak awal sejarah manusia sampai pada awal “Revolusi Industri” di Eropa pada akhir abad 18 dan selama abad 19, sering disebut sebagai Koperasi Historis atau Koperasi Pra-Industri. Koperasi Modern didirikan pada akhir abad 18, terutama sebagai jawaban atas masalah-masalah sosial yang timbul selama tahap awal Revolusi Industri.
Munculnya koperasi digagas oleh Robert Owen (1771–1858), yang menerapkannya pertamakali pada usaha pemintalan kapas di New Lanark, Skotlandia. Gerakan koperasi ini dikembangkan lebih lanjut oleh William King (1786–1865) – dengan mendirikan toko koperasi di Brighton, Inggris. Pada 1 Mei 1828, King menerbitkan publikasi bulanan yang bernama The Cooperator, yang berisi berbagai gagasan dan saran-saran praktis tentang mengelola toko dengan menggunakan prinsip koperasi. Koperasi akhirnya berkembang di negara-negara lainnya. Koperasi-koperasi di Inggris didirikan oleh Charles Foirer, Raffeinsen, dan Schulze Delitch. Di Perancis, Louis Blanc mendirikan koperasi produksi yang mengutamakan kualitas barang.
Sedangkan di Indonesia koperasi diperkenalkan oleh R. Aria Wiriatmadja di Purwokerto, Jawa Tengah pada tahun 1896. Menurut Drs. Muhammad Hatta(Bapak Koperasi Indonesia) adalah lembaga ekonomi yang paling cocok jika diterapkan di Indonesia dikarenakan sifat masyarakat Indonesia yang tinggi kolektifitasannya dan kekeluargaan. Tapi sayangnya lembaga ekonomi ini tidak berkembang dengan pesat di negara Republik Indonesia ini.
Tanggapan Pemerintah Tentang UKM daerah Jakarta Barat
Pemerintah Jakarta Barat meminta agar setiap kecamatan memiliki produksi unggulan khas daerah masing. "Dalam rangka menciptakan ikon dan identitas produk usaha kecil menengah," kata Wali Kota Jakarta Barat Burhanuddin di Kota Tua, Jakarta Barat, Menurut Burhanuddin saat ini di tiap wilayah kecamatan di Jakarta Barat sebenarnya sudah ada sejumlah UKM dan industri rumah tangga yang berpotensi dan bisa menjadi produk unggulan. Seperti di  Kecamatan Kembangan dengan potensi produksi makanan khas Jakarta berupa dodol Betawi.
Kecamatan Cengkareng dengan potensi ikan hias dan makanan ringan seperti keripik, Kebunjeruk dengan usaha bunga hias dan pakaian serta pencucian jeans, serta Tamansari dengan produksi pakaian.
"Pameran perlu untuk memperkenalkan produk tersebut kemasyarakat” katanya.
Burhanuddin mengakui program penciptaan produksi khas di tiap kecamatan bukan hal yang mudah. "Masih ada sejumlah kendala, apalagi saat ini banyak produksi luar negeri yang membanjiri pasar kita," katanya di sela pembukaan Pameran Produk Unggulan Usaha Kecil Menengah di Kota Tua, Jakarta Barat, Sabtu.
Bab II
Produk Domestic Regional Bruto
A.     potensi-wilayahPDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku
PDRB Per Kapita Kota Jakarta Utara atas dasar harga berlaku pada tahun 2007 mencapai Rp. 108.142.875 . Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, nilai tersebut mengalami peningkatan sebesar 13 persen. Sama halnya dengan tahun 2005, nilai PDRB Per Kapita Jakart atas dasar harga berlaku tahun 2007 juga mengalami peningkatan sebesar 31 persen bila dibandingkan dengan perolehan nilai pada tahun 2005, yaitu sebesar Rp. 25.870.252.
Jika dilihat kontribusinya menurut sektor ekonomi dalam pembentukan PDRB atas dasar harga berlaku, selama kurun waktu tahun 2005-2007 sektor Industri Pengolahan merupakan penyumbang terbesar terhadap total PDRB (44,08 persen pada tahun 2005, 43,97 pada tahun 2006 dan 43,64 persen pada tahun 2007). Kemudian berturut-turut diikuti oleh sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran; dan sektor Pengangkutan dan Komunkasi masing-masing sebesar 17,71 persen dan 12,21 persen terhadap pembentukan PDRB tahun 2007.
B.     PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Konstan
Kinerja perekonomian Kota Jakarta Utara yang digambarkan oleh perkembangan PDRB Per Kapita atas dasar harga konstan selama kurun waktu tahun 2005-2007 selalu mengalami pertumbuhan positif. Pada tahun 2005 nilai PDRB Per Kapita atas dasar harga konstan tercatat sebesar Rp. 55.649.604. Selanjutnya, tahun 2006 nilai PDRB Per Kapita konstan bergerak naik menjadi Rp. 59.123.442. Selanjutnya pada tahun 2007 PDRB Per Kapita konstan terus meningkat hingga mencapai Rp. 62.882.747 atau tumbuh sebesar 12,99 persen dari tahun 2005.

Pemberdayaan UKM
http://www.beritajakarta.com/images/foto/Bazar_ukm_new.jpg50 UKM Pasarkan Produk Unggulan Jakbar
Guna memasyarakatkan produk unggulan di Jakarta Barat, Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Barat memberikan kesempatan kepada 50 pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) untuk memasarkan produknya di halaman Masjid As-Sahara Kantor Walikota Jakarta Barat agar tercapainya pemberdayaan UKM. Kegiatan ini diharapkan mampu mendongkrak usaha rumahan warga yang tersebar di tiap kecamatan di Jakarta Barat.
“Kita tetap berharap produk unggulan di Jakbar dapat menjadi pilihan alternatif konsumen, apalagi dengan serbuan produk-produkCinayang mendominasi pasar lokal saat ini,” ungkap Heryanto, Kabag Perekonomian Jakarta Barat, Jumat (9/4). Heryanto menambahkan, kegiatan ini juga bagian dari program peningkatan ekonomi masyarakat dalam konsep one village one product. Terlebih, hingga saat ini tercatat sekitar 200 usaha rumahan tumbuh di Jakarta Barat.

Bahkan dari bazar ini, beberapa produk unggulan Jakarta Barat banyak yang telah dilirik sejumlah ritel besar. Namun karena kemasan dan registrasi produk belum lengkap, produsen produk itu belum mau melepas ke pasaran dan masih melakukan produksi bersifat pesanan dalam skala kecil. “Seperti bir pletok, dodol dan bandeng presto sudah diminta oleh ritel,” katanya.
Sofwan Lutfi, Ketua RW 04 Kelurahan Kedoyautara, Kebonjeruk, mengakui produk unggulan di wilayahnya berupa bandeng presto telah diminati sejumlah ritel. Hal itu tak lepas dari upaya promosi yang dilakukan Pemkot Jakarta Barat dengan program one village one product. “Awalnya yang tahu bandeng presto Kedoyautara hanya sedikit, tapi sekarang omzet penjualannya meningkat tajam,” bebernya.

Kesimpulan
Dari semua UKM-UKM yang ada di Indonesia adalah hasil kerjasama dari berbagai piihak. Dari berbagai pihak itulah terdapat usulan- usulan yang mampu dan dapat dikembangkan menjadi sebuah kreatifitas yang menghasilkan keuntungan bagi masyarakat umum, khususnya di daerah Jakarta Barat. Dari berbagai usaha- usaha yang mampu mengmbangkan usaha tersebutlah yang akhirnya dapat maju terus ke bidang ataupun tempat yang lebih strategis dari sebelumnya. Dari UKM inilah masyarakat mampu dan dapat berusaha lebih baik sehingga dapat bersaing dengan yang lain untuk mencari keuntungan yg lebih banyak
Saya berharap koperasi tumbuh kembali untuk menopang UKM –UKM maupun pengusaha kecil yang sangat luas untuk membuka lapangan pekerjaan.
Daftar pustaka

Google.com
Wikipedia.com
Yahoo.com
Beritajakarta.Com, Jumat (11/6).
Detiknews,  Kamis, 09/09/2010 18:28 WIB

Beritajakarta.Com — 09-04-2010 16:25

Tidak ada komentar:

Posting Komentar